Kamis, 11 September 2008

Tari Aceh


Tari Aceh kini telah dikenal luas. Dimainkan oleh banyak anak negri, disukai oleh banyak penghuni bumi.

Tari Aceh (terutama tari Saman atau Rateb Meseukat) bahkan telah menjadi tari yang wajib untuk kegiatan ekstra kurikuler bagi SMA di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Membanggakan bukan? Apalagi jika menyaksikan standing ovation-nya bule-bule di banyak negara yang terkagum-kagum setiap menyaksikan tari Aceh. Luar biasa!!! 



Seni tari Aceh mempunyai keistimewaan & keunikan tersendiri. Ciri-ciri Tari Aceh antara lain :
  • pada mulanya hanya dilakukan dalam upacara-upacara tertentu yang bersifat ritual bukan tontonan
  • kombinasi yang serasi antara tari, music, dan sastra
  • ditarikan secara berkelompok dengan arena yang terbatas
  • pengulangan gerakan dalam pola gerak yang sederhana dan dilakukan secara berulang-ulang
  • serta waktu penyajian relatif panjang.



Salah satu ciri yang paling menarik dari tari Aceh adalah bahwa ia dilakukan secara berkelompok. Tak ada tari Aceh yang dilakukan sendiri (solo). Di dalam kelompok tersebut ada yang berperan sebagai penari, syekh (pemimpin), dan sering juga didampingi oleh wakil syekh atau disebut juga aneuk syekh (wakil pemimpin). Hal ini mirip konsep imam dan amir dalam agama Islam. Syekh merupakan penentu gerakan penari yang serempak dan dinamis. 

Tari Aceh antara lain :

1.   Tari Ranup Lampuan (ditampilkan oleh 7 penari perempuan)
2.   Tari Meusekat (ditampilkan oleh 10,12–16 penari perempuan)

3.   Tari Likok Pulo (ditampilkan oleh penari laki-laki & perempuan)

4.   Tari Seudati (ditampilkan oleh 8 penari  laki-laki dan 2 syekh)
5.   Tari Laweut (ditampilkan oleh 8 penari perempuan)
6.   Tari Meu Saree-Saree (ditampilkan oleh 16 penari laki-laki dan perempuan)
7.   Tari Resam Beurame (ditampilkan oleh penari perempuan)
8.   Tari Top Pade (ditampilkan oleh 8 penari perempuan)
9.   Tari Saman /Rateb meusekat (ditampilkan oleh 10 penari laki-laki 10 & 2 syekh)
10. Tari Didong (ditampilkan oleh 10 penari laki-laki 10 orang & 2 syekh)
11. Tari Tarek Pukat (ditampilkan oleh penari laki-laki)
12. Tari Tajak u Gle (ditampilkan oleh 8 penari perempuan)
13. Tari Pisan Raya (ditampilkan oleh 8 penari perempuan)

Tari- tari Aceh tersebut kini makin variatif penyajiannya, semakin flexibel dimainkan baik oleh penari laki-laki maupun penari perempuan.


Kerjasama tim yang solid dalam tari Aceh, antara tiap penari, antara syekh dengan penari, mutlak diperlukan. Dibutuhkan saling percaya dan kekompakan untuk menghadirkan tari Aceh yang  mempesona itu. Jika tidak, bukan keindahan yang akan di dapat namun benturan antara tubuh penari yang bisa mengakibatkan cidera fatal. Seperti halnya dalam bisnis, high gain biasanya high risk, demikian juga dengan tari Aceh, makin indah maka makin besar pula resiko cideranya J



Kamis, 04 September 2008

Imsakiyah Ramadhan

Telat kali ya? Tapi mungkin ada yang masih butuh. Bersumber darihttp://www.pkpu.or.id, berikut jadwal imsakiyah Ramadhan 1429 H, untuk hampir seluruh kota besar di Indonesia



Partai Lokal Aceh


Demokrasi!!! Katanya sih sedang begitu tuh iklim politik di Indonesia saat ini. Maka bermunculanlah begitu banyak partai politik baru di negeri ini. Bagaimana dengan Aceh? Di Propinsi paling ujung barat ini, muncul 12 partai lokal. Partai lokal Aceh ini akan bersaing dengan partai nasional yang telah ada sebelumnya pada pemilu yang akan datang.
Mau tahu partai-partai lokal Aceh tersebut? Berikut datanya (sumber : http://www.siwah.com/) :

Kamis, 14 Agustus 2008

Kopi Aceh





Kopi Aceh semakin dikenal orang sekarang. Peristiwa tsunami yang melanda Aceh 26 Desember 2006 lalu juga memberikan dampak positif bagi Aceh. Salah satunya adalah makin terkenalnya kopi Aceh



Bagaimana bisa kopi Aceh makin terkenal? Seiring dengan dimulainya proses rehabilitasi & rekonstruksi Aceh pasca tsunami, semakin banyak orang-orang berdatangan ke Aceh untuk ikut berperan dalam proses rehabilitasi & rekonstruksi tersebut. Mereka yang berdatangan itu antara lain orang-orang yang bekerja di BRR NAD-Nias, pegawai-pegawai berbagai LSM local & LSM asing, pejabat-pejabat pemerintahan dalam & luar negeri, prajurit-prajurit TNI, angota POLRI, tenaga medis, pekerja IT, buruh-buruh bangunan, dsb. Mereka semua tentu saja banyak yang pecinta kopi. Dan tentu saja warung-warung kopi yang banyak tersebar di berbagai pelosok kota-kota di Aceh menjadi tempat pelampiasan dahaga. Mencoba seteguk, hmmm…paten! Akhirnya menjadi suatu hal yang kurang rasanya bila ada hari yang dilewatkan tanpa mampir ke warung kopu untuk meneguk kopi Aceh.



Mulut ke mulut, coba-coba. Kemudian makin tersebarlah berita tentang kualitas rasa kopi aceh.



Jika berkesempatan datang ke Banda Aceh, Ibukota Aceh, mampirlah ke warung kopi Aceh dan buktikan nikmatnya rasa kopi Aceh. Ada beberapa warung kopi yang patut dikunjungi seperti warung kopi Solong di ulee kareng, warung kopi SMK Negeri 1 di lampineung, warung kopi Check Yuke di Jl. pinggir kali, dan warung kopi Taufik di Jl. Pocut Baren. Mengapa? Tentu saja karena rasa kopi aceh yang nikmat.


Para pembuat kopi di berbagai warung itu punya racikan tersendiri untuk memikat penikmat kopi. Semua proses pembuatan bubuk kopi penting untuk mendapatkan rasa nikmat yang khas. Ada yang mencampur lebih dari satu jenis kopi dengan komposisi tertentu, ada yang mencampurnya dengan bahan-bahan lain pada proses penggilingan & pengapian, dan ada juga yang mementingkan proses penjiwaan saat penyaringan dan penyajian.



Dari mana saja kopi Aceh berasal? Ada banyak tempat. Lamno, Geumpang, dan tentu saja Gayo. Salah satu kabupaten penghasil kopi Aceh di wilayah Gayo adalah kabupaten Bener Meriah. Kopi Gayo Arabika asal Kabupaten ini sudah lama dikenal oleh kalangan pengusaha kopi baik itu tingkat Regional, Nasional dan Manca Negara. Sehingga importir dari dalam dan luar negeri secara berkala sering berkunjung ke Kabupaten ini. Di samping kopi arabika, robusta juga telah mempunyai nama yang cukup baik terutama di kalangan pedagang lokal. Jenis kopi ini biasanya di proses untuk di jadikan kopi bubuk dengan aroma dan rasa yang khas.



Di Kabupaten ini telah ada dua perusahaan kopi luar negeri yang menanamkan modalnya, seperti Holland Coffee Bv. perusahaan kopi dari negeri Belanda, PT. Indocafco perusahaan kopi dari Swiss Amerika serikat dan sementara ini perusahaan kopi Aceh Coffee Company dari New Zealand sedang menjajaki untuk pengembangan perusahaannya di Kabupaten ini.
Selain perusahaan kopi luar negeri tersebut, di Bener Meriah juga terdapat Perusahaan Daerah Genap Mupakat, saat ini PD. Geunap Mupakat memproses biji kopi Arabika untuk menjadi komoditi eksport dengan kualitas terjamin, yang mampu memenuhi pasar Eropa, Amerika dan Jepang.

Rabu, 24 Oktober 2007

Mesjid Raya Baiturrahman





Mesjid ini tentunya cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Apalagi bagi pasangan muda-mudi Banda Aceh yang akan melangsungkan pernikahan, Mesjid Raya Baiturahman adalah pilihan favorit! Saya pun bercita-cita menikah di Mesjid ini, tapi sayang, nggak kesampaian euy.

Menyenangkan rasanya jika bisa bertempat tinggal cukup dekat dan bisa sering shalat berjama'ah di Mesjid Raya Baiturrahman. Suasananya sejuk dan nyaman. Selain dimanfaatkan untuk Shalat, Mesjid ini juga digunakan sebagai tempat belajar mengaji. Masyarakat umum pun bisa bertambah ilmunya dengan membaca koleksi buku-buku diperpustakaan Mesjid. Saat ini bahkan telah ditambahkan fasilitas hotspot internet gratis yang disediakan oleh Telkom Speedy. Dengan fasilitas Hotspot Telkom Speedy ini tentunya pengurus Mesjid bisa berdakwah secara lebih luas melalui internet disamping bisa mendapatkan informasi global dengan lebih mudah.

Tak ada yang bisa memungkiri jika bangunan Mesjid Raya Baiturrahman ini unik dan indah. Arsitektur bangunannya merupakan campuran seni bangunan dari berbagai belahan dunia. Ada unsur Asia, Eropa, dan Afrika. Bangunannya masih terlihat kokoh walaupun usianya sudah tidak lagi muda. Sejak dibangun pada zaman Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636 M), Mesjid Raya Baiturrahman pernah mengalami beberapa musibah seperti terbakar di zaman Sultan Nurul Alam (1675-1678 M), pembakaran oleh Belanda (1873 M), dan Tsunami (2004). Namun Allah sepertinya menghendaki Mesjid Raya Baiturrahman terus ada. Berbagai musibah tidak membuatnya hilang, namun malah kemudian menjadi makin luas dan makin indah